Search

Google Yahoo Msn

10 Feb 2013

8 Tipe Pria Yang Dibenci Wanita

 
Sahabat, Pria adalah makhluk yang aneh, kadang menjengkelkan, kadang bikin kangen. Mereka juga punya standart tersendiri saat menilai wanita, ada beberapa tipe wanita yang dibenci pria.

Jika pria punya standart, wanita juga standart tersendiri untuk menilai seorang pria, apakah dia bisa masuk daftar suami idaman, atau yang akan dijauhi alias dibenci. Inilah 8 di antaranya.

1. Pria Yang Hanya Bisa Janji Manis

Pria yang akan masuk dalam daftar suami idaman wanita adalah pria yang selalu memenuhi janji-janjinya. Tapi.. makin hari makin banyak pria yang suka memberi janji manis tapi hanya manis di bibir alias harapan palsu. Yaudah sih.. kalau cuma janji manis, semua orang juga bisa melakukannya.

2. Pria Matre dan Pelit

Jangan salah, kami tidak meminta Anda jadi wanita yang hanya bisa menunggu pria mengeluarkan dompetnya setiap kali jalan berdua. Boleh saja sekali-kali kita yang mentraktir pria, tapi kalau dia selalu minta dibayarin makan, uang pulsa, bensin, bahkan uang parkir.. itu tanda bahwa dia matre, pelit dan mendekati Anda karena Anda bagai dompet berjalan.

3. Pria Sombong

Pria dan keangkuhan bagai dua paket yang tidak dapat dipisahkan. Tapi bagaimana mereka mengelola sisi angkuh dan menahan diri untuk tidak sombong adalah bukti bahwa dia merupakan pria dewasa yang berpikiran panjang. Jika pria itu hanya bisa menyombongkan kekayaan semata, sebaiknya tinggalkan saja. Masih banyak hal yang harus dikerjakan selain menyombongkan diri.

4. Pria Kasar (Secara Verbal atau Fisik)

Tidak ada wanita yang mau dikasari, baik dengan kata-kata apalagi disakiti secara fisik. Pria yang mencintai Anda tidak akan menyakiti Anda apalagi kasar pada Anda. Jika dia kasar, tinggalkan! Anda punya hak untuk hidup tenang dan tidak disakiti secara verbal dan fisik.

5. Pria Penggantung Hubungan

"Dia romantis, dia manis, dia adalah pria idaman saya.. tapi.. hubungan kami tidak jelas, tanpa status, sudah lebih dari setahun," Ow ow.. makin banyak pria yang seperti ini. Hati-hati ladies, sesungguhnya Pria Baik Adalah Pria Paling Berbahaya! Saat waktu berjalan, Anda tidak hanya butuh sekedar sisi romantis dan perhatian yang manis, Anda butuh kepastian "Saya ini siapanya dia?". Jika dia hanya angin-anginan, jangan-jangan dia hanya membuat Anda sebagai cadangan.

6. Pria Manja dan Malas

Pria adalah pemimpin, setelah menikah nanti, dia akan menjadi kepala keluarga. Maka penting untuk memastikan bahwa pria yang Anda pilih adalah pekerja keras yang mampu memberi kesejahteraan pada istri dan anak-anaknya. Jika dia manja, hanya menunggu jatah uang dari mama, bahkan malas bekerja, well.. uang tidak jatuh begitu saja dari langit-langit kamar. Anda butuh makan, bayi Anda kelak butuh popok.

7. Pria Mesum

Memang sih.. pria itu lebih tertarik dengan hal-hal berbau seksual dibanding wanita. Tetapi sudah jelas, mereka akan menyembunyikan hal itu di depan wanita. Jika dia baru kenal dan sudah melontarkan kata-kata mesum, bahkan terang-terangan memaksa Anda melakukan hubungan intim sebelum menikah, berhati-hatilah. Tidak ada yang tahu sudah berapa wanita yang menjadi korbannya.

8. Pria Yang Bau Badan

Masih perlu penjelasan? Mana enak kalau jalan bersama pria yang menebar aroma-aroma tidak enak sepanjang hari. Saat bertemu keluarga untuk makan malam, tidak enak juga kan rasanya. Apalagi jika dia cuek saja, malas mandi dan tidak ada usaha lebih wangi. Duh..

SUARA DARI LANGIT



MUSIM KEMARAU sedang dalam puncaknya. Hujan sudah lama tidak turun. Panas matahari membuat bumi kering dan retak-retak. Orang-orang mengkhawatirkan kebun dan tanaman mereka. Jika keadaan terus berlangsung, mereka tidak akan menemukan bahan makanan dan minuman. Kambing, sapi, unta, dan ternak mereka juga tidak akan mendapatkan makanan dan minuman. Akhirnya, adalah kematian.

Orang-orang memandang ke langit. Mereka tidak menemukan setitik mendung pun yang memberikan tanda hujan akan turun. Orang-orang sedih. Mereka berdo’a kepada Allah agar menurunkan hujan.

Seorang lelaki dari mereka berkata, “Aku akan pergi ke daerah selatan. Aku ada satu urusan penting disana.”

Lelaki itupun melewati padang pasir. Jalan yang membelah padang pasir itu sepi. Tidak satu orang pun lewat disana kecuali dirinya. Panas terasa menyengat. Sesekali, angin kencang bertiup membuat debu dan pasir panas beterbangan. Ia terus berjalan ke selatan.

Ditengah perjalan, dia merasa ada sesuatu yang bergerak dilangit. Lalu, dia memandang ke langit dan melihat awan perlahan-lahan berkumpul, hingga menjadi mendung. Mendung itu, semakin lama semakin tebal, seolah mau menutupi seluruh langit. Bukan main gembira hati lelaki itu saat melihat mendung tebal itu.

“Sebentar lagi akan turun hujan,”katanya dalam hati.
Tiba-tiba, lelaki itu mendengar suara dari langit,”Siramilah kebun Saleh!”

Dia nyaris tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Lelaki itu terus berjalan sambil berpikir darimana datangnya suara itu. Siapa yang berkata tadi?

Tidak lama setelah itu, ia kembali mendengar suara menggelegar dari arah mendung yang menggumpal-gumpal,”Siramilah kebun saleh!”

Seketika, lelaki itu menghentikan langkahnya. Dia memandang kearah sekitar. Namun, dia tidak menemukan siapapun, kecuali bentangan padang pasir yang Mahaluas.

Lelaki itu berkata kepada dirinya sendiri,”Ya Ilahi! Disini tidak ada orang selain diriku, apakah suara itu benar-benar dating dari sana, dari arah mendung itu? Atau aku sedang berkhayal yang bukan-bukan?”

Tiba-tiba, lelaki itu mendengar suara menggema untuk yang ketiga kalinya, “Siramilah kebun Saleh!”

Mendung itu lalu bergumpal-gumpal. Beberapa awan yang masih tercecer, perlahan menyatu. Kemudian, mulailah gerimis turun, dan menjadi hujan yang lebat.

Lelaki itu berkata, “Subhanallah, suara itu datang dari sela-sela mendung. Aku yakin itu.”

Air yang turun ke bumi itu bertemu dalam satu aliran. Lama kelamaan aliran itu membesar hingga menjadi selokan yang mengalir deras. Air itu berjalan menuju ke suatu tempat. Lelaki itu terus mengikuti jalannya air. Dia ingin tahu kemana air itu hendak pergi. Akhirnya, air itu berhenti dan menggenangi kebun seorang petani. Petani itu lalu mengatur air yang datang untuk menyirami tanaman yang ada dikebunnya secara merata.

Lelaki itu mendekati petani yang berpakaian sederhana itu. Dia menanyakan namanya.

Si petani menjawab, “Nama saya saleh.”
Betapa terkejutnya lelaki itu, karena nama itu sama dengan yang disebut oleh suara dari langit tadi.

Petani itu balik bertanya, “Mengapa kau menanyakan namaku?”
Lelaki itu lalu menceritakan kisah suara yang ia dengar dari sela-sela mendung, dan menyebut namanya. Lalu, dia menceritakan juga tentang mendung yang bergumpal-gumpal, hingga turun hujan. Air hujan berkumpul menjadi aliran, dan mengalir sampai dikebunnya.

Usai bercerita, lelaki itu bertanya kepada petani itu, “Tolong katakanlah kepadaku wahai petani yang baik, apa yng kau perbuat dengan kebunmu?”

Petani bernama Saleh itu menjawab, “Karena kau bertanya, baiklah aku jawab. Setelah aku menjual hasil kebunku dan mendapatkan uang. Uang itu sepertiganya aku sedekahkan kepada fakir miskin. Aku dan keluargaku makan sepertiga, yang sepertiga untuk biaya perawatan kebun.”

Lelaki itu lalu berkata kepada pak petani, “Sekarang aku baru tahu, mengapa suara yang datang dari balik mendung itu berkata, “Siramilah kebun Saleh!” Wahai petani yang baik, Allah memberkahi bumimu, kebunmu, tanamanmu, dan rezekimu!”

DIMANA ALLAH



Padang Pasir membentang luas. Matahari bersinar menyala seolah hendak membakar ubun-ubun kepala. Di sebuah jalan ynag membelah padang pasir, tampak seseorang berjubah putih sedang berjalan kelelahan. Orang itu tak lain adalah Abdullah bin Umar ra, salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, yang terkenal kealiman (tinggi ilmu) dan kezuhudannya (sederhana). Dia sedang berjalan keluar dari Madinah menuju Makkah untuk beribadah di Baitullah.

Berkali-kali Abdullah bin Umar ra menghentikan langkahnya sesaat, untuk meminum seteguk air perbekalannya. Namun sayang, kantong airnya telah kering kerontang. Dia benar-benar kehausan. Dia melihat ke sekelilingnya, siapa tahu ada orang Badui atau pengembala yang bisa memberinya seteguk air penawar dahaga. Namun, sejauh mata memandang, yang dia temukan hanyalah warna kecoklatan samudera pasir.

Dia tetap bersabar dan terus berjalan, sampai akhirnya matanya menangkap beberapa titik-titik hitam dan putih di kejauhan sana, dibalik bukit pasir. Hatinya merasa lega, berkali-kali dia mengucapkan syukur Alhamdulillah. Dia yakin, titik hitam dan putih itu adalah manusia. Abdullah terus melangkahkan kaki untuk mendekati titik hitam dan putih itu. Ketika sudah dekat, perkiraannya tidak meleset. Titik-titik hitam dan putih itu adalah seorang pengembala dan kambing-kambingnya.

Ketika Abdullah bin Umar ra sudah berada tak jauh dari pengembala itu, tiba-tiba terlintas dalam benaknya untuk menguji pengembala itu. Dia ingin tahu, apakah ajaran Islam telah sampai ke tengah padang pasir yang terpencil jauh itu? Dia juga ingin tahu, apakah pengembala itu telah menerima ajaran suci yang dibawa Nabi Muhammad Saw.

Setelah mengucapkan salam, Abdullah bin Umar berkata kepada pengembala yang masih bocah itu, “Hai Bocah, aku ingin membeli seekor kambing yang kau gembalakan ini. Bekalku sudah habis.”

“Maaf Tuan, aku hanyalah seorang budak yang bertugas mengembalakan kambing-kambing ini. Aku tidak bisa menjualnya. Ia bukan milikku tapi milik majikanku. Aku tidak diberi wewenang untuk menjualnya,”jawab pengembala kambing itu.

“Ah, itu masalah yang mudah. Begini, kau jual seekor saja kambing gembalaanmu padaku. Kambing yang kau jaga itu sangat banyak, tentu sangat sulit bagi pemiliknya untuk menghitung jumlahnya. Atau, kalaupun dia tahu ada seekor kambingnya tidak ada, bilang saja telah dimangsa serigala padang pasir. Mudah sekali, bukan? Kau pun bisa membawa uangnya, “bujuk Abdullah bin Umar ra dengan wajah yang tampak serius.

“Lalu, dimana Allah? Pemilik kambing ini memang tidak akan tahu dan bisa dibohongi, tetapi Dzat yang Maha tahu, yang pasti melihat dan mengetahui apa yang kita lakukan. Apa kau kira Allah tidak ada?“jawab pengembala itu mantap.

Sungguh, jawaban itu memebuat Abdullah bin Umar tersentak kaget.
“Aku tidak diberi kuasa oleh pemilik kambing ini untuk menjualnya. Aku hanya diperbolehkan mengembalakannya dan meminum air susunya ketika aku membutuhkannya dan member minum para musafir yang kehausan,” sambung pengembala itu.

Dia berkata begitu sambil berjongkok, memerah susu seekor kambing ke dalam sebuah mangkuk. Begitu penuh berisi susu, dia memberikannya pada Abdullah bin Umar.

“Minumlah Tuan, kulihat anda kehausan. Jika masih kurang, bisa tambah. Jangan kuatir, susu ini halal. Allah tahu itu halal sebab pemiliknya menyuruh aku untuk membberi minum musafir yang membutuhkan,’ kata pengembala itu dengan tutur kata yng halus dan ramah.

Abdullah bin Umar menerima mangkuk berisi susu itu dengan hati terharu. Dia minum sampai rasa hausnya hilang. Setelah itu, dia mohon diri.

Dijalan, dia tidak bisa menyembunyikan tangisnya, teringat kata-kata pengembala itu, “Dimana Allah? Apakah kau kira Allah tidak ada?”

Abdullah bin Umar menangis mengingat bahwa seorang pengembala kambing di tengah padang pasir yang pakaiannya kumal, ternyata memiliki rasa takwa yang begitu dalam. Dia memiliki kejujuran yang tinggi. Hatinya menyinarkan keimanan. Akhlaknya sungguh mulia. Ajaran Rasulullah Saw telah terpatri dalam jiwanya. Abdullah bin Umar terus melangkahkan kaki sambil bercucuran air mata.

Lalu, Abdullah bin Umar mencari kampong terdekat dan menanyakan, siapakah tuan dari sang pengembala kambing itu?

Begitu berjumpa, Abdullah bin Umar langsung membeli budak itu dan langsung memerdekakannya.

Seorang manusia yang jujur dan memiliki rasa ketakwaan kepada Allah yang begitu tinggi tidaklah sepatutnya menjadi hamba sahaya manusia. Dia hanya pantas menjadi hamba Allah Swt.